SESEORANG dapat mencapai potensi diri optimal manakala terdapat keseimbangan antara body, mind, dan mood.
Baru dua hari tinggal di Jakarta, Dina, 25, sudah uringuringan. Gadis asal Sleman, Yogyakarta, ini merasa tak nyaman dengan kemacetan yang mengakrabi hampir setiap sudut jalan raya Ibu Kota. "Aku tinggal di rumah saudara di Tangerang. Pas mau tes kerja di Mampang (Jakarta Selatan) harus tiga kali ganti bus, dan tiga kali pula kena macet lumayan panjang. Duh, jadi hilang mood kerja di Jakarta," tuturnya dengan nada kesal.
Bagi kaum urban yang belum terbiasa dengan hiruk-pikuk dan dinamisnya kehidupan di kota besar seperti Jakarta, kepenatan pasti melanda. Namun, hal ini tak lantas jadi harga mati karena toh manusia dibekali kemampuan untuk beradaptasi. Namun, penyesuaian diri ini juga akan sulit tercapai jika yang bersangkutan masih belum mampu memosisikan tubuh, jiwa, dan pikirannya sendiri secara sehat dan seimbang. Dengan kata lain, manusia harus sehat secara utuh dan menyeluruh (holistik).
Praktisi penyembuhan holistik, Reza Gunawan, mengemukakan, keselarasan antara body (tubuh), mind (pikiran), dan mood (semangat) adalah kunci hidup bahagia. "Kita harus menyadari bahwa merawat keselarasan ini adalah tanggung jawab kita sepenuhnya," ucapnya.
Tubuh yang sehat misalnya, dapat dipertahankan melalui nutrisi, olahraga, dan istirahat cukup. Adapun jiwa yang sehat dan bersemangat bisa digapai antara lain melalui sikap ikhlas, tenteram, dan pasrah. Sayangnya, jalan menuju sikap ikhlas ini kerap berbenturan dengan keinginan atau ego pribadi.
Untuk itu, pimpinan True Nature Holistic Healing itu menyarankan untuk "berlatih" menjadi manusia ikhlas. Artinya, manusia diwajibkan berusaha, tapi manakala kenyataan tak sesuai keinginan atau harapan, belajarlah menerimanya dengan ikhlas. Contoh nyata yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari misalnya kita mengharapkan rekan kerja yang adil, tapi ternyata kita dicurangi dan tentunya menjadi berang. Jika belum bisa memaafkan orang yang mencurangi kita, cobalah memaafkan perilakunya itu.
"Bila tetap belum bisa memaafkan juga, minimal kita ikhlas bahwa kita sedang marah. Kalau tak kunjung berhasil, berarti kita harus ikhlas menyadari bahwa kita belum menjadi pribadi yang ikhlas. Jadi, latihlah keikhlasan dari hal yang paling mudah dulu," papar Reza dalam talkshow "Jadi 100% Kamu", sebuah program kampanye yang diluncurkan minuman isotonik Mizone, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ikhlas adalah kunci ketenangan hati. Dengan menyadari sepenuhnya bahwa tiada yang kekal di dunia ini dan segala sesuatu pasti berubah, maka kita tidak akan terlalu tegang menghadapi apa pun. Dengan begitu terhindar dari stres yang sifatnya negatif (distress). Hal yang tampak sepele seperti melatih pernapasan dan mengistirahatkan pikiran penting dilakukan.
"Situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan dalam kehidupan sehari-hari janganlah selalu dianggap sebagai masalah yang harus dihadapi dengan kondisi tertekan (distress) karena dapat menurunkan kualitas hidup," komentar konsultan kejiwaan dari FKUI/RSCM Jakarta Dr Suryo Dharmono SpKJ(K).
Terkait stres, rasanya tak ada manusia di dunia ini yang tak pernah mengalaminya. Boleh dikatakan, stres adalah "bumbu" kehidupan yang tidak dapat dielakkan. Apalagi bagi individu yang hidup dalam kehidupan urban metropolitan, seperti Jakarta yang serba-cepat ritmenya. Tak jarang, rutinitas kerja di kantor atau mobilitas yang tinggi membawa kepenatan tersendiri.
Konsultan karier, Rene Suhardono, mengungkapkan tiga jurus ampuh agar dapat menjalani hidup berkualitas meski beban kerja menghimpit. Tiga jurus tersebut adalah passion (mind), motivation (mood), dan action (body). Passion terkait erat dengan mind, yang esensinya adalah mengerti apa yang penting dalam hidup kita dan apa yang akan kita lakukan untuk mendapatkannya.
Selanjutnya, motivation terkait dengan pikiran positif, dalam arti kita harus senantiasa menjaga mood tetap positif. Sementara peranan body yang dimaksud Rene adalah mengacu pada action, yakni bagaimana kita mempersiapkan tubuh kita dalam menyabet setiap kesempatan untuk mencapai apa yang kita inginkan. "Kebahagiaan dan perasaan terpenuhi berakar pada kemauan kita untuk menjadi 100% diri kita sendiri! Pahami diri kita sendiri, cari tahu apa yang kita inginkan dalam hidup, dan bagaimana kita dapat mencapainya," kata Rene.
(sindo//tty)
SESEORANG dapat mencapai potensi diri optimal manakala terdapat keseimbangan antara body, mind, dan mood.
Baru dua hari tinggal di Jakarta, Dina, 25, sudah uringuringan. Gadis asal Sleman, Yogyakarta, ini merasa tak nyaman dengan kemacetan yang mengakrabi hampir setiap sudut jalan raya Ibu Kota. "Aku tinggal di rumah saudara di Tangerang. Pas mau tes kerja di Mampang (Jakarta Selatan) harus tiga kali ganti bus, dan tiga kali pula kena macet lumayan panjang. Duh, jadi hilang mood kerja di Jakarta," tuturnya dengan nada kesal.
Bagi kaum urban yang belum terbiasa dengan hiruk-pikuk dan dinamisnya kehidupan di kota besar seperti Jakarta, kepenatan pasti melanda. Namun, hal ini tak lantas jadi harga mati karena toh manusia dibekali kemampuan untuk beradaptasi. Namun, penyesuaian diri ini juga akan sulit tercapai jika yang bersangkutan masih belum mampu memosisikan tubuh, jiwa, dan pikirannya sendiri secara sehat dan seimbang. Dengan kata lain, manusia harus sehat secara utuh dan menyeluruh (holistik).
Praktisi penyembuhan holistik, Reza Gunawan, mengemukakan, keselarasan antara body (tubuh), mind (pikiran), dan mood (semangat) adalah kunci hidup bahagia. "Kita harus menyadari bahwa merawat keselarasan ini adalah tanggung jawab kita sepenuhnya," ucapnya.
Tubuh yang sehat misalnya, dapat dipertahankan melalui nutrisi, olahraga, dan istirahat cukup. Adapun jiwa yang sehat dan bersemangat bisa digapai antara lain melalui sikap ikhlas, tenteram, dan pasrah. Sayangnya, jalan menuju sikap ikhlas ini kerap berbenturan dengan keinginan atau ego pribadi.
Untuk itu, pimpinan True Nature Holistic Healing itu menyarankan untuk "berlatih" menjadi manusia ikhlas. Artinya, manusia diwajibkan berusaha, tapi manakala kenyataan tak sesuai keinginan atau harapan, belajarlah menerimanya dengan ikhlas. Contoh nyata yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari misalnya kita mengharapkan rekan kerja yang adil, tapi ternyata kita dicurangi dan tentunya menjadi berang. Jika belum bisa memaafkan orang yang mencurangi kita, cobalah memaafkan perilakunya itu.
"Bila tetap belum bisa memaafkan juga, minimal kita ikhlas bahwa kita sedang marah. Kalau tak kunjung berhasil, berarti kita harus ikhlas menyadari bahwa kita belum menjadi pribadi yang ikhlas. Jadi, latihlah keikhlasan dari hal yang paling mudah dulu," papar Reza dalam talkshow "Jadi 100% Kamu", sebuah program kampanye yang diluncurkan minuman isotonik Mizone, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ikhlas adalah kunci ketenangan hati. Dengan menyadari sepenuhnya bahwa tiada yang kekal di dunia ini dan segala sesuatu pasti berubah, maka kita tidak akan terlalu tegang menghadapi apa pun. Dengan begitu terhindar dari stres yang sifatnya negatif (distress). Hal yang tampak sepele seperti melatih pernapasan dan mengistirahatkan pikiran penting dilakukan.
"Situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan dalam kehidupan sehari-hari janganlah selalu dianggap sebagai masalah yang harus dihadapi dengan kondisi tertekan (distress) karena dapat menurunkan kualitas hidup," komentar konsultan kejiwaan dari FKUI/RSCM Jakarta Dr Suryo Dharmono SpKJ(K).
Terkait stres, rasanya tak ada manusia di dunia ini yang tak pernah mengalaminya. Boleh dikatakan, stres adalah "bumbu" kehidupan yang tidak dapat dielakkan. Apalagi bagi individu yang hidup dalam kehidupan urban metropolitan, seperti Jakarta yang serba-cepat ritmenya. Tak jarang, rutinitas kerja di kantor atau mobilitas yang tinggi membawa kepenatan tersendiri.
Konsultan karier, Rene Suhardono, mengungkapkan tiga jurus ampuh agar dapat menjalani hidup berkualitas meski beban kerja menghimpit. Tiga jurus tersebut adalah passion (mind), motivation (mood), dan action (body). Passion terkait erat dengan mind, yang esensinya adalah mengerti apa yang penting dalam hidup kita dan apa yang akan kita lakukan untuk mendapatkannya.
Selanjutnya, motivation terkait dengan pikiran positif, dalam arti kita harus senantiasa menjaga mood tetap positif. Sementara peranan body yang dimaksud Rene adalah mengacu pada action, yakni bagaimana kita mempersiapkan tubuh kita dalam menyabet setiap kesempatan untuk mencapai apa yang kita inginkan. "Kebahagiaan dan perasaan terpenuhi berakar pada kemauan kita untuk menjadi 100% diri kita sendiri! Pahami diri kita sendiri, cari tahu apa yang kita inginkan dalam hidup, dan bagaimana kita dapat mencapainya," kata Rene.